spot_img

Tafsir Psikologi Azab

Saat ini, Indonesia tengah disapa dengan berbagai ujian, baik dari segi moral penduduknya, seperti menjamurnya korupsi dan dekandensi moral, ataupun bencana yang ditiupkan oleh alam semesta, seperti maraknya banjir yang menenggalamkan sebagian bumi ibukota.

Tidak berhenti di situ, gunung seakan tidak mau ikut diam, ia juga ikut menggoyangkan tubuhnya dengan menghempaskan bumi dengan gempa dan longsor yang terjadi dimana-dimana. Membuat kita tergopo-gopo menghadapinya.

Musibah tersebut ditafsirkan dengan berbagai pendekatan dan perspektif. Ada yang mendefinisikan sebagai ujian, musibah, teguran, bahkan dijustikafikasi sebagai azab dari Tuhan dan sejumlah derivasi lainnya.

Bagaimana agama menyikapi problem penafsiran atas ujian musibah tersebut? Dalam berbagai ayat Al-Qur’an, Tuhan telah memberikan garansi bahwa alam semesta harus tunduk kepada pencipta-Nya dengan melayani manusia sebagai mitra Tuhan di muka bumi ini.

Dalam QS. An-Nahl [16]: 14:

وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا۟ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا۟ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى ٱلْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.

Jadi, semenjak diciptakanya bumi dan langit,  tidak ada dalam sejarah bahwa mereka membangkang atas perintah Tuhan-Nya.

Tetapi pertanyaan kemudian adalah, bagaimana alam yang selama ini tunduk kepada Tuhan? Kok, semakin hari semakin memperlihatkan ketidakbersahabatannya lagi dengan makhluk yang bernama manusia? Pesan apa yang akan disampaikan melalui isyarat ini?

Psikologi telah mempelajari semua tingkah laku manusia dan binatang. Ia mampu mendeteksi apa yang menjadi penyakit yang dialami oleh anak cucu tersebut.

Alat deteksi ini, kemudian dihubungkan dengan Al-Qur’an yang diyakini umat Muslim, sebagai pedoman tertinggi dan terlengkap dalam membedah jalan keluar yang akan dilalui oleh manusia dan makhluk ciptaan lainnya.

Psikologi yang dikawinkan dengan penafsiran Al-Qur’an menyebutkan bahwa terjadinya kerusakan di bumi itu tidak lain dari ulah manusia itu sendiri seperti dalam QS. Al-Rum [30]: 41:

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).

Pertanyaan berikutnya, apa hikmah dan manfaat yang dapat dipetik dari kejadian ini?

Lanjutan ayat ini juga yang menjadi jawabannya, agar manusia kembali kepada Tuhan-Nya. Ditimpakannya musibah, bukan berarti Tuhan sudah mulai benci kepada manusia, tetapi justru karena cintanya Allah Swt kepada makhluk-Nya ini, maka Ia mencubitnya dengan ujian, agar mereka sadar untuk kembali dan mengingat siapa pemilik jagad raya ini.

Psikologi azab mengajarkan kepada manusia, bahwa Tuhan mengirim ujian bukan untuk menghukum, tetapi lebih kepada merangkul dan memanggil kembali kepada pangkuan kasih sayang-Nya. Mungkin manusia  terlalu jauh mencari kebahagian sehingga matanya buta untuk melihat hamparan cinta Ilahi yang hampir menutup mata mereka, karena saking dekatnya kecintaan Tuhan kepadanya.

Garansi kasih sayang itu telah Allah Swt gambarkan dalam berbagai ayat, salah satunya yaitu QS. Qaaf [50]: 16:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ


Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya.

Kemudian dalam QS. Al-Baqarah [2]: 186:

 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.

Semoga kita semakin dicerdaskan Tuhan, untuk menangkap ibrah dan pelajaran yang diajarkan-Nya melalui sahabat alam kepada kita. Bukankah ayat itu memang terbagi menjadi dua, yaitu ayat qur’aniyah dan kauniyah. Sehingga tepatlah firman Tuhan dalam memancing manusia untuk berfikir, afala ta’qiluun, afalaa tadabbarun, dan sejumlah derivasi yang semisal. Wallahu A’lam.

Penulis: Ahmad Zulkhi (Kandidat Doktor Institut PTIQ Jakarta).

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

- Advertisement -spot_img

Latest Articles